Assalamualaikum wr.. wb..

"Yang Membedakan Kita Sekarang dengan 5 (Lima) Tahun akan Datang adalah Orang-Orang yang Kita Temui dan Buku-Buku yang Kita Baca (NN)"

Assalamualaikum wr.wb.

Selamat Datang ke Banda Aceh.. Kota Madani Syariat Islam..

Komik Aceh

Gam Cantoi merupakan sebuah Improvisasi dari gejala masyarakat yang melegenda..

Suatu Saat di Rumah Cut Nyak Dien

Bukan kurangnya kemampuan yang dapat melemahkan kehidupan, namun enggak cukupnya kesungguhan buat menggunakan kemampuan yang ada..

Hana Peng Hana Inong

Jak lam U Banda Aceh..!! Hana Pat Duk Dong Pih Jeut Cit..

Jumat, 29 Oktober 2010

Wong Fei Hung Ternyata Seorang Muslim




Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.

Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Selasa, 31 Agustus 2010

Ada Apa Dengan Kita (untuk Saya; Anda; Mereka; dan Orang di Sekeliling Kita) ?


Saudaraku,
katakanlah saat mobil mewah dan mulus yang kita miliki tergores, goresannya bagai menyayat hati kita. Saat kita kehilangan handphone di tengah jalan, separuh tubuh ini seperti hilang bersama barang kebanggaan kita tersebut. Saat orang mengambil secara paksa uang kita, seolah terampas semua harapan.

Tetapi saudaraku, tak sedikitpun keresahan dalam hati saat kita melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah, kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat, kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikitpun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita, meski disekeliling kita anak-anak yatim menangis menahan lapar.
Saudaraku, ada apa dengan kita?

Senin, 23 Agustus 2010

Persahabatan Sejati

Sampai kemarin kadang aku masih bertanya - tanya, apa itu persahabatan sejati? Bukan karena aku tak tahu artinya, tapi karena aku menyangsikan keberadaannya. Sering aku bertanya - tanya, di mana kalian sahabat - sahabatku saat aku membutuhkan kalian? Sering juga yang aku temui justru orang lain, dan bukan keberadaan kalian di saat aku berharap kalian ada. Sejujurnya, aku menjadi tak seyakin saat aku menjawab “Pasti!” sembilan tahun yang lalu, untuk sebuah pertanyaan yang sama, ”Apakah kita akan menjadi sahabat sejati selamanya?” 







Sering aku begitu merindukan waktu di mana kita bisa bersama - sama seperti dulu. I know, it sounds cheezy, but it is true. Saat kita bisa berbicara membicarakan perihal masing-masing kehidupan kita, saat kita membela dan menguatkan setiap orang dari kita yang sedang dihadapi pada masalah, saat segalanya terasa begitu mudah selama kita bersama. Sungguh, aku merindukan saat – saat itu. 







Tapi aku juga mengerti apabila suatu hari nanti, semua itu hanya akan menjadi kenangan kita. Aku pun mengerti apabila nantinya kita berkumpul hanya karena kenangan masa lalu, karena manusia memang hidup dengan berpegangan pada kenangan dan takkan mungkin melepaskannya dengan melupakan. Namun jauh di dalam lubuk hatiku, aku berharap kita berkumpul bukan hanya sekedar untuk mengenang. Aku berharap, 'kita' bukan sekedar kenangan. 







Kemarin malam ternyata aku mendapatkan jawabannya. Persahabatan sejati, mungkin itu terlalu muluk, karena kita belum sejati. Tapi saat kita semua mengusahakan untuk bertemu meskipun harus menunggu berjam - jam, lalu kita bisa berbicara panjang lebar, melewati tahun - tahun yang terlewati tanpa 'kita', melewati ketidak tahuan yang menumpuk, melewati segala batas profesi maupun batas negara, dan kembali menjadi kita yang dulu.., bagiku itu sudah lebih dari cukup.







Kupikir, hanya sahabat sejati yang mampu untuk mengatakan terus terang kekhawatirannya dan tetap mendukung apapun yang terjadi pada sahabat lainnya. Dan itulah yg terjadi kemarin malam. Kita semua saling mendukung dengan cara kita masing – masing. Aku mendengar suara hati dan kejujuran. Aku mendengar banyak kekecewaan, kesedihan, dan kekhawatiran. 





Rabu, 18 Agustus 2010

Ntuk Ayah di Harimu (kenangan)


Pada puisi ijinkan aku ayah


Bercerita tentang gerimis yang

Mengiringi kepergianmu
Atau hujan yang membasahi pilar nisanmu
Pohon kamboja mulai meranggas
Meski bunga kecil berteduh di bawah daun-daun kering

Pada puisi aku datang ayah
Bukan hendak menggugat takdir kematianmu
Atau menghujat sangat pemilik maut
Kali ini ingin aku katakan
Kepergianmu adalah pelajaran tanpa kamus
Perenungan panjang untuk dipahami
Bahwa hidup adalah pembuktian
Tuk wujudkan syukur dan sabar
Ketika harus menjalani skenarioNya


Minggu, 08 Agustus 2010

Setiap Detik

Setiap detik
Engkau yang dalam mimpiku
Setiap siang malam menggangguku
Tak lelap tidurku karena dirimu
[*]

Setiap waktu
Engkau yang selalu menghantuiku
Tak pernah lari dari fikiranku
Tak mau hilang dari ingatanku
Tahukah engkau
Saat gelap datang
Aku masih mencarimu
Engkau dimana

Marhaban Ya Ramadhan


Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.

 Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.

Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.

Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.

Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.

Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan.

Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal sholehnya.

Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.

Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat batiniah.

Jumat, 30 Juli 2010

Menunggumu (asa dari sebuah Cermin)


Aku mencintaimu
Namun entah kenapa
 Tak pernah ada jawaban
Dari rasa ini

Itulah….
Sebait yang terdengar
Dari sana, dari mereka
Bukan darinya
Aneh memang,

 
Dianya padaku
Oleh dia-lah tercipta
Ke si sana, si mereka
Seperti tak ada keinginan
Menyuarakan hatinya langsung
Dan mendapatkan jawabannya
Secara langsung pula dariku
 
Atau memang,
Begitukah kodratnya, dan

Apakah harus begitu
Si jenis perempuan itu?
 Menunggu,
 
Walau tak tampak yang ditunggu

Tetap menunggu dan menunggu jawaban
Menunggu dalam ketidak pastian
 
Dan aku...
Aku pun masih disini
Masih dalam kepura-puraan
Mengetahui ada bait pertama itu

Selasa, 13 Juli 2010

Cerita Motivasi

Saat kamu berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikan.... Sebagai balasannya, kam u menangis sepanjang malam.
Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.
Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang. Sebagai balasannya..., kau buang piring berisi makanan ke lantai.
Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.
Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian2 yang mahal dan indah. Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah..
 Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasannya, kau berteriak.”NGGAK MAU!!” 
Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola. Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga.
Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim. Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu.
Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianomu. Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.
Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam.
Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop. Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain
Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa. Sebagai balasannya, kau tunggu dia sampai di keluar rumah.
Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode.
Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya..
Saat kau berumur 15 tahun, pulang kerja ingin memelukmu Sebagai ... ...balasannya, kau kunci pintu kamarmu.
Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya. 
Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman
Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi.
Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu.
Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?” Sebagai balasannya, kau jawab,”Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!”
Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus utk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan,”Aku tidak ingin seperti Ibu.”
Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali.
Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1set furnitur untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furnitur itu. 
Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya ttg rencananya di masa depan Sebagai balasannya, kau mengeluh,”Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya spt itu?”
Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500km.
Saat kau berumur 30 tahun...  dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!” Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab,”Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.”.
Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya. 

Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang, dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan........

Jumat, 18 Juni 2010

si Adek [ke KL-Singapura]

(peace)















*Bersama Ust. Fahruddin Lahmuddin*




















Selasa, 08 Juni 2010

Aku Jatuh Cinta pada Perempuan Yahudi [itu]


Perempuan itu begitu indah, otak dan hatinya begitu bening. Pemikiran dia sepertinya memang percikan air dari mata air yang bersih. Dia perempuan Yahudi, dan aku mencintainya.
***


Namanya Margaret Marcus, nama yang cukup indah terdengar di telingaku. Tidak terlalu kupentingkan kecantikannya, walaupun memang ia sangat cantik. Orang-orang sekampungnya memanggil dengan Maggy. Ia seorang perempuan yang tidak suka pesta, pergaulan bebas, rokok atau alkohol. Meskipun New York tempat ia berasal merupakan sebuah tempat yang lumayan longgar untuknya melakukan apa saja yang disenangi oleh jiwa mudanya–Westchester.


Berawal dari ketika berusia belasan tahun. Ia sebelumnya memang seorang perempuan yang bandel. Kebandelan yang disebabkan oleh kekecewaannya pada berbagai potret ironi yang ia saksikan. Betapa tidak, banyak sekali kejadian yang menunjukkan bahwa orang Yahudi tidak peduli bahkan pada agama sendiri. Anak-anak, lebih tertarik membaca komik-komik lucu daripada kitab suci.
Ia pernah memilih sebagai perempuan agnostik, atheistik dan berbagai keyakinan lainnya. Setelah
hidayah)
Hidayah itu datang dengan cara tidak bisa diduga, dan seringkali hanya didapat oleh mereka yang gigih (Sumber: hidayah)sekian lama, ia memilih tidak larut dalam pergaulan dan hanya berkutat dengan buku-buku filsafat, psikologi dan agama. Beberapa buku cukup memberi pengaruh padanya; The Lance of Kanana karya Harry W. French, buku yang menceritakan seorang anak Badui. Boy of The Desert karangan Eunice Tietjiena yang menceritakan seorang anak yang bernama Abdul Aziz. Camel Bells: A Boy from Baghdad yang bertutur tentang seorang anak Irak yang diangkat oleh keluarga Badui.


Pada usia 20 tahun, ia menuntut ilmu di Universitas New York. Di sini, terdapat salah satu mata kuliah yang bernama “Judaisme in Islam”(Ajaran Yahudi dalam Islam).
Rabbi Abraham Issac Katsh, Ketua Jurusan Studi Hebrew merasa tidak perlu berlelah untuk meyakinkan mahasiswanya bahwa agama Islam adalah agama yang mencontek Yahudi.


Rabbi Profesor tersebut, sebenarnya ingin membuktikan kepada mahasiswa kelebihan Yahudi atas Islam, Margaret malah menjadi yakin akan hal yang sebaliknya. Justru agama Islam dan Yahudi bersumber dari Tuhan yang sama. Oleh sebab agama Islam lahir belakangan, maka logikanya wajar jika Islam menjadi revisi atas ajaran-ajaran Yahudi. Orang Yahudilah yang harus mengikuti agama Islam, demikian menurut Margaret (mengutip: di sini).


Dalam pandangan Margaret, seruan Zionisme untuk orang Yahudi ramai-ramai ke Palestina tidak ada dasar dalam Talmud, kitab suci mereka. Ia juga berpandangan bahwa Yahudi adalah masyarakat yang sangat eksklusif, jika tidak demikian maka tidak akan pernah ada pembantaian sepanjang sejarah terhadap masyarakat tersebut. Di matanya zionisme tak lebih dari kombinasi antara rasisme, Tribalisme Yahudi, dan nasionalisme sekuler modern.


Selanjutnya, Melihat ketidakadilan yang dilakukan oleh PBB dalam mengatasi hubungan Arab-Yahudi di Palestin hati Margaret menjadi tambah tidak yakin dengan agama Yahudi. Ia tidak betah dan tidak kuat lagi mengaku sebagai orang Yahudi. Ia melihat kecurangan-kecurangan PBB yang disogok gerakan Zionisme melalui Lobby Yahudi Amerika. Ia menjadi sangat malu sebagai orang Yahudi.


Semakin Margaret mengikuti kuliah Profesor Katsh, semakin Margaret tidak meyakini agama. Semakin Margaret merasa agama Yahudi banyak cacatnya. Apalagi sudah beberapa bulan Margaret membaca Al Qur-an dan Hadits. Margaret membandingkan AL Qur-an dengan Talmud. Ia merasa AL Qur-an lebih sempurna, lebih logis, dan lebih argumentatif daripada Talmud. Dan pada pagi hari di bulan November 1954, Margaret masuk Islam (Sumber; ibid).


Tekanan dari keluarganya atas keislamannya, dari berbagai sumber disebutkan, sempat membuatnya tidak tahan sampai ia harus mendekam di rumah sakit jiwa. Tetapi justru di sana ia semakin bertekad untuk terus bersikukuh dalam keislamannya.
Keteguhannya demikian membuat keluarganya tidak tega. Sampai mereka kemudian lebih longgar terhadap Margaret dan pilihannya untuk menjadi Muslimah.
Hidayah)
Cahaya itu lebih terang saat berada dalam hati (Sumber: Hidayah)
Abul a’la al Maududi, seorang ulama besar dari Pakistan menjadi figur yang begitu berperan menjelaskan tentang seperti apakah Islam sehingga kian memperteguh keimanan perempuan itu. Ia seorang perempuan Yahudi yang kemudian begitu gigih memperjuangkan Islam. Ia banyak berkontribusi menjelaskan Islam kepada dunia lewat berbagai karyanya. (Sumber: Correspondence between Maulana Maudoodi and Maryam Jameelah). Perempuan ini dengan berbagai kontribusinya, telah membuatku jatuh cinta.



Siapakah Margaret Marcus?


Pernahkah anda membayangkan sekarang bagaimana ada seorang remaja di negara anda yang berumur 14 tahun tetapi mampu untuk menulis sebuah novel bermutu tentang sebuah negara lain yang dia tak pernah kunjungi, juga tentang sebuah agama selain agamanya? Benar, sepertinya tidak ada!

Sabtu, 05 Juni 2010

Duek Pakat Raya (DPR) 1 forbes PG

(laporan oleh ketua panitia)







( Bang Juanda Djamal [ ACSTF] memaparkan tentang skenario Aceh Masa Depan )






( Sebagian peserta DPR )






(  SC  )




calon untuk presidium Sidang






Komisi A lagi membahas tentang AD/ART Lembaga






( Calon.......)






( Lagi asyik dengan dunia sendiri)






 suasana Pemaparan hasil komisi-komisi yang mulai `panas`







( Calon Keucik.....)





( Kapan lagi bisa foto bareng Direktur Lembaga ) hehehe....

Jumat, 04 Juni 2010

Musyawarah Besar Forum Bersama Peduli Gampoeng Aceh Besar yang Pertama

Awal hari yang indah bisa berphoto bareng teman terdekat....

(Di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang)








Musyawarah Besar Forum Bersama Peduli Gampoeng Aceh Besar yang Pertama  akan diadakan (05/06/10)...
semoga akan melahirkan rekomendasi dan kepengurusan yang solid dan mandiri untuk kemajuan dan kemandirian gampoeng..






(Saking semangatnya buat forbes PG, gak tau harus pake gaya apa lagi ...))






Base camp bersama untuk dukungan Tim Persiraja Kuta Raja....
Bravooooooo....!!!






(Base Camp SKULL Aceh Besar)

Rabu, 02 Juni 2010

Selamat Jalan Pak Anwar Amir..!!!

Selamat Jalan Bapak Anwar Amir... Jasamu begitu be

Rabu, 26 Mei 2010

Canda Tawa [Gam Cantoi]














Selasa, 25 Mei 2010

Kematian Sejati

Sampai sejauh ini, tak ada orang yang hidup kembal


Kematian, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran, sangat jauh berbeda dari kematian medical. Hal ini terkait dengan Surat Al-Waqiah: Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. (QS. Al Waqiah: 83:85). 


Tidak seperti kematian orang kafir, kematian orang beriman penuh berkah: (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik, oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): Salaamunalaikum. Masuklah kamu ke dalam surga itu, disebabkan apa yang telah kamu kerjakan (QS. An-Nahl: 32) 

Ayat-ayat ini menguak fakta penting tak terbantah tentang kematian: saat datangnya kematian, jalan yang dilalui oleh orang mati dan hal-hal yang dapat diamati merupakan pengalaman yang berbeda-beda. Misalnya, seseorang yang menghabiskan seluruh hidupnya sebagai seorang kafir dan degil barangkali nampak mengalami 'kematian yang damai'. Akan tetapi, ruh, yang berada pada dimensi berbeda, merasakan kematian yang menyakitkan. Sedangkan ruh orang beriman, meskipun nampak menderita, meninggalkan jasadnya dalam keadaan 'terhormat'. 

Alquran menjelaskan sejumlah kesukaran-kesukaran yang dialami orang kafir ketika nyawa mereka dicabut, karena malaikat membuat perhitungan dengan ruh/jiwa orang kafir saat kematiannya: Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa-apa yang menimbulkan) keridlan-Nya (QS. Muhammad: 27-28). 

Dalam Alquran dijelaskan pula mengenai 'tekanan-tekanan sakaratul maut', di mana saat itu malaikat mengabarkan tentang adanya azab yang kekal: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ''Keluarkan nyawamu!'' Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS. Al-An’am: 93). 

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya. (QS. Al- Anfal: 50-51). 

Sebagaimana dijelaskan oleh ayat di atas, kematian orang kafir diliputi kesengsaraan. Ketika orang-orang di sekitarnya melihatnya begitu tenang di pembaringan, sesungguhnya azab fisik dan spiritual sedang dialaminya. Malaikat maut mencabut nyawanya, menimpakan penderitaan dan kehinaan baginya. Dalam Alquran, malaikat yang mencabut nyawa orang-orang kafir digambarkan: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras (QS. An-Naziat: 1). 

Tahap terakhir bagaimana nyawa atau ruh dicabut dijelaskan sebagai berikut: Sekali-kali jangan! Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya); Siapakah yang dapat menyembuhkan? dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (QS. Al-Qiyamah: 26-28). 

Saat itu, orang kafir mendapati kebenaran yang dibantahnya semasa hidupnya. Dengan kematian, ia akan menerima segala konsekuensi dari dosa dan bantahannya Malaikat memukul punggungnya dan mencabut nyawanya dengan keras, dan itu hanya sebagian kecil dari duka panjang yang menantinya. 

Sebaliknya, kematian orang-orang beriman merupakan awal dari kebahagiaan abadi. Tidak seperti orang kafir yang menderita kepahitan, jiwa orang beriman dicabut dengan lemah lembut (QS. An-Nazi’at: 2). Malaikat berkata; Salaamunalaikum! Masuklah kamu kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan (QS. An-Nahl: 32). 

Ini sama seperti dalam keadaan tidur. Dalam tidur, jiwa/ruh masuk ke dimensi lain, seperti digambarkan dalam ayat berikut: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan (QS. Az-Zumar: 42). 

Ini adalah kebenaran tak terbantahkan mengenai kematian.

CHATTING